
The Experiment in Financial Technology Microfinancing and Innovative, Information Technology Business Development Coaching for Poor and Vulnerable Women
Bahasa Bisnis terlibat dalam suatu project dengan beberapa lembaga untuk melihat pendekatan terbaik melakukan pendampingan di masa pandemi dan bagaimana skema pembiayaan terbaik agar UMKM bisa melewati krisis akibat pandemi dengan baik.
Lembaga yang yang terlibat adalah sebuah lembaga internasional, salah satu startup di bidang fintech, lembaga riset dari salah satu Universitas, dan Bahasa Bisnis.
Project ini merupakan eksperimen pembiayaan mikro teknologi finansial dan inovatif, pembinaan pengembangan bisnis teknologi informasi untuk perempuan miskin dan rentan. Fokus utama responden merupakan seorang ibu mantan penerima Program Kewirausahaan Sosial (ProKus) dan merupakan graduasi Program Keluarga Harapan (PKH) sebanyak 192 responden yang terlibat dari 5 kabupaten yaitu Kab. Majalengka, Kab. Bandung Barat, Kab. DKI Jakarta, Kab. Bantul, dan Kab. Semarang yang dimana mayoritas merupakan para pelaku usaha.

Mekanisme project ini terdiri dari wawancara survey sebanyak tiga kali, IT-Based Business Coaching, dan Peer-to-Peer (P2P) Lending. Survey dilaksanakan selama tiga kali di termin yang berbeda, diawal ada baseline survey, pertengahan ada midline survey, dan di akhir ada endline survey. Tujuan diadakan survey yaitu untuk melihat siginifikansi perubahan responden sebelum, sedang, dan setelah diberikan pelatihan dan distribusi pinjaman modal usaha. Metode pengambilan data survey melalui wawancara telepon dan CAPI (Computer-Assisted Personal Interview). Data responden berasal dari Kementerian Sosial.
Baseline survey dilaksanakan sebelum responden diberikan treatment. Setelah dilaksanakan baseline survey, responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu (i) responden yang mengikuti pelatihan; (ii) responden yang mengikuti pelatihan dan pinjaman modal usaha. Responden yang mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir sebanyak 79 peserta, mekanismenya diawali menghubungi 192 responden satu persatu mengenai kesediaannya mengikuti pelatihan selama dua bulan. Namun, sebanyak 113 responden menolak dikarenakan keterbatasan fasilitas dan kesibukan yang dijalani setiap harinya sebagai pelaku usaha.
IT-Based coaching dilaksanakan selama dua bulan setiap hari Senin dan Kamis pukul 09.00 hingga 11.30 WIB. Pelatihan dilaksanakan melalui platform Zoom Meetings.

Selain itu, untuk pengumpulan tugas dan diskusi difasilitasi oleh grup WhatsApp untuk memudahkan dalam berkomunikasi.

Terdiri dari 13 pertemuan mulai dari literasi keuangan, manajemen, negosiasi, hingga public speaking. Pada pelatihan ini terdiri dari Pre-Test sebelum dilaksanakan pelatihan, Post-Test setelah dilaksanakan pelatihan, dan End-Test setelah seluruh materi disampaikan. Selain itu, ada tugas yang diberikan setiap pertemuan, peserta dapat mengerjakannya secara manual (ditulis tangan lalu difotokan) atau langsung dikerjakan di file PDFnya. Seluruh tugas dikumpulkan melalui grup WhatsApp lalu dikoreksi satu per-satu dan diberikan feedback oleh tim coaching.

Pada pertengahan pelatihan, diadakan eksperimen pinjaman modal usaha. Tim pinjaman menganalisis kualifikasi calon borrowers dengan mengecek credit history melalui biro kredit dan keaktifan peserta pada saat pelatihan. Setelah tim pinjaman mendapatkan list nama peserta yang lolos kualifikasi, responden dikontak kembali untuk kesediaannya mengambil pinjaman modal usaha.
Hasilnya, dari 79 peserta pelatihan sebanyak 20 peserta bersedia meminjam modal usaha dengan tenor dua bulan dengan nominal yang berbeda dari tiap borrowers. Tujuannya yaitu untuk membantu memberikan modal usaha kepada responden untuk business expenditures seperti membeli bahan mentah untuk usaha.

Skema selanjutnya, setelah pinjaman modal usaha didistribusikan, dilaksanakan midline survey dengan situasi pelatihan sedang berlangsung. Sedangkan endline survey dilaksanakan setelah program pelatihan dan tenor pinjaman selesai. Secara garis besar, ada beberapa perubahan salah satunya pada literasi finansial responden yang sebelumnya pada baseline survey menyatakan tidak memiliki dana darurat, pada midline dan endline survey menyatakan memiliki dana darurat.
Berdasarkan observasi lapangan, pinjaman yang didistribusikan membantu modal usaha terutama pada saat itu menjelang hari raya Idul Fitri sehingga responden membutuhkan modal yang cukup besar untuk membeli bahan baku dan menerima banyak pesanan.
Dari experiment project ini pun dapat meningkatkan literasi finansial responden terbukti dengan responden yang berkontribusi dalam IT-Based Business Coaching sekaligus pinjaman modal usaha, melakukan pencatatan pengeluaran dalam sebulan seperti:

Pelatihannya tidak hanya dalam meningkatkan literasi keuangan, tetapi peserta pun diajarkan di bidang manajemen mulai dari pemasaran, operasi, kewirausahaan hingga mengelola sumber daya manusia. Seperti pembuatan logo dan tagline:

Beberapa peserta belum memiliki logo untuk usahanya karena kebanyakan dari peserta merupakan warung kelontong. Dengan diadakan pelatihan logo, peserta yang memiliki warung kelontong dapat meningkatkan brand mereka dengan logo yang baru dibuat

Logo-logo tersebut dapat membantu pemasaran produk responden, beberapa diantaranya mencetak logo tersebut untuk kemasan masing-masing produknya

Hal penting lainnya, peningkatan knowledge responden didukung ke arah teknologi karena semakin gencarnya persaingan, maka peserta pelatihan dibekali media sosial sebagai wadah promosi penjualan produknya, hasilnya beberapa peserta membuat Instagram Business untuk memudahkan penjualan mereka.

Selain Instagram Business, responden pun memiliki WhatsApp Business untuk membantunya memudahkan penjualan karena adanya katalog produk di WhatsApp Business.

Selama dilaksanakannya experiment project ini kurang lebih 12 bulan mulai dari persiapan project hingga akhir, ada banyak sekali insight menarik dan tantangan yang didapatkan dari experiment project ini. Harapan kami setelah melakukan pendampingan selama 2 bulan (mulai dari pelatihan dan mentoring) hingga pinjaman modal usaha dapat meningkatkan literasi finansial, wawasan terkait bisnis dan mengembangan usahanya masing-masing.
Maju terus para pelaku UMKM! #UMKMNaikKelas
Salam Bahasa Bisnis,
Shafira Destiana
Leave a Comment