
Paradox of Choice: Benarkah Terlalu Banyak Pilihan Produk Bikin Produk Kurang Laku dipasaran?
Dalam dunia bisnis, terutama bagi pemula, sering muncul anggapan bahwa semakin banyak varian produk yang ditawarkan, maka peluang penjualan akan semakin besar. Banyak pebisnis berpikir bahwa konsumen akan lebih tertarik jika mereka memiliki banyak opsi. Namun, faktanya tidak selalu demikian. Justru, terlalu banyak pilihan bisa membuat konsumen bingung, ragu, dan akhirnya batal membeli. Fenomena inilah yang dikenal dengan istilah paradox of choice.
Apa Itu Paradox of Choice?
Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh psikolog Schwartz melalui bukunya The Paradox of Choice: Why More Is Less (2004). Menurut Schwartz, semakin banyak pilihan yang tersedia, semakin sulit seseorang membuat keputusan. Tidak hanya itu, setelah memilih pun, sering muncul rasa tidak puas karena merasa ada opsi lain yang mungkin lebih baik.
Artinya, banyaknya pilihan bukan selalu memberikan keuntungan, tetapi bisa menimbulkan kebingungan dan keraguan yang justru merugikan bisnis.
Eksperimen Tentang Banyaknya Pilihan
Fenomena ini diperkuat dengan riset yang dilakukan oleh Sheena Iyengar dan Mark Lepper. Dalam eksperimennya, mereka menyiapkan dua meja untuk mencicipi selai di sebuah toko.

- Meja pertama menawarkan 24 varian rasa selai.
- Meja kedua hanya menawarkan 6 varian rasa selai.
Hasilnya cukup mengejutkan. Memang benar, meja dengan 24 rasa lebih banyak menarik perhatian pengunjung. Akan tetapi, jumlah pembelian justru lebih besar pada meja yang hanya menyediakan 6 varian.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena terlalu banyak pilihan membuat konsumen merasa kewalahan, takut salah pilih, dan akhirnya menunda keputusan pembelian. Fenomena ini dikenal juga dengan istilah analysis paralysis yaitu situasi ketika terlalu banyak opsi justru membuat kita sulit mengambil tindakan.
Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari
Paradox of choice bukan hanya terjadi dalam dunia bisnis, tapi juga sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, saat memesan makanan lewat GrabFood atau GoFood. Jika sebuah restoran memiliki menu yang sangat banyak, kita sering menghabiskan waktu lama untuk memilih, bahkan bisa berakhir dengan rasa bingung atau menyesal setelah makanan datang.
Bandingkan dengan restoran yang hanya memiliki menu terbatas, di mana kita bisa lebih cepat menentukan pilihan dan merasa lebih yakin dengan pesanan kita.
Apa Dampaknya?
Bagi pebisnis pemula, fenomena ini menjadi pelajaran penting. Alih-alih langsung membuat banyak varian produk, lebih baik fokus pada:
- Kualitas produk utama yang benar-benar kuat.
- Diferensiasi yang jelas dibandingkan kompetitor.
- Memahami kebutuhan konsumen agar varian yang ditawarkan relevan, bukan sekadar banyak.
Dengan cara ini, konsumen tidak merasa kewalahan dan lebih mudah mengambil keputusan untuk membeli.
Paradox of choice menunjukkan bahwa lebih banyak pilihan tidak selalu berarti lebih baik. Justru, terlalu banyak varian bisa membuat konsumen bingung, ragu, bahkan batal membeli. Sebagai pebisnis, kita perlu memahami bahwa kualitas, relevansi, dan kejelasan produk jauh lebih penting daripada kuantitas pilihan.
Jadi, sebelum menambah banyak varian produk, pikirkan dulu: apakah varian tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen, atau justru akan membuat mereka kewalahan?
Salam Bahasa Bisnis,
Az Zahra Safira
Leave a Comment