
Batik Styagung: Dari Warisan Keluarga di Pelosok Desa, Kini Menembus Pasar Internasional
Industri batik tidak hanya sekadar melestarikan budaya, tetapi juga menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Saat ini, kebanyakan produk batik yang beredar di pasaran adalah batik cap, sementara jumlah pengrajin batik tulis semakin jarang. Padahal, dari segi harga dan nilai seni, batik tulis memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi. Salah satu UMKM yang masih konsisten menjaga tradisi pembuatan batik tulis adalah Batik Styagung, yang berlokasi di Desa Trembono, Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta tepat di perbatasan antara Klaten dan Gunungkidul.
Batik Styagung berdiri sekitar tahun 2007–2010. Dulunya, usaha ini dirintis oleh Agung beserta istri yang bekerja membantu juragan batik kayu di Yogyakarta dan Solo. Awalnya, mereka membuat produk batik di media kayu, seperti tempat tisu. Seiring berjalannya waktu, muncul keberanian untuk mencoba memproduksi batik tulis sendiri di media kain.
Kini, usaha tersebut diteruskan oleh anak-anaknya. Salah satunya adalah Dyah Styagung, yang berperan penting dalam marketing produk batik tulis ini. Batik Styagung bukan hanya memproduksi batik tulis asli, tetapi juga menghadirkan berbagai produk ready to wear seperti kemeja pria, baju wanita, hingga menerima jasa pewarnaan batik. Pada awalnya, batik ini diproduksi masih menggunakan pewarna sintetis. Namun, setelah melihat tren pasar yang semakin mengarah pada produk eco-friendly, Batik Styagung mulai beralih ke pewarna alami, dan hingga kini pewarna alami menjadi ciri khas produksi batik ini.
Meski produk Batik Styagung memiliki kualitas tinggi, tantangan besar datang dari lokasi produksi yang berada di pelosok Gunungkidul. Akses yang jauh dari pusat kota membuat pemasaran cukup sulit dilakukan, terutama untuk menembus pasar di ibu kota. Namun, tantangan itu justru menjadi pemicu semangat membesarkan batik ini. Batik Styagung kini telah memanfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan TikTok untuk memperluas jangkauan pasar. Strategi digital marketing ini berhasil membawa produk ini dikenal lebih luas dan mampu menjangkau konsumen di luar kota hingga luar negeri.

Produk Batik Styagung dipasarkan secara offline melalui toko sederhana di rumah, dan secara online melalui media sosial. Untuk penjualan lokal, produk batik tulis Styagung sudah tersebar di Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya. Tidak hanya itu, batik ini juga menembus pasar luar daerah seperti Kalimantan dan Jambi. Lebih membanggakan lagi, Batik Styagung sudah sampai ke pasar internasional, yaitu di Singapura dan Malaysia. Dari hasil penjualan tersebut, usaha ini mampu menghasilkan omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan.
Keseriusan Batik Styagung dalam mengembangkan usahanya ditunjukkan dengan kepemilikan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan sertifikat halal. “Awalnya kita tidak tahu bahwa kuas itu ternyata ada yang terbuat dari bulu babi, alhasil kita sekarang lebih selektif dalam memilih kuas batik”, ujar Dyah dalam wawancaranya dengan bahasabisnis.id bersama Rumah BUMN Gunungkidul. Batik Styagung lebih teliti dalam memilih peralatan produksi, sehingga produk mereka benar-benar terjamin kehalalannya.

Lebih dari sekadar bisnis, Batik Styagung juga memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Banyak pekerjanya adalah ibu rumah tangga yang ikut serta dalam proses produksi. Harapannya, batik tidak hanya bisa tetap hidup sebagai warisan budaya, tetapi juga menghidupi masyarakat lokal. Selain itu, Batik Styagung ingin agar generasi muda semakin mencintai batik, karena masih banyak anak muda yang lebih memilih produk pabrikan dibandingkan memahami proses panjang di balik sehelai kain batik tulis.
“Batik bukan sekadar kain, melainkan warisan budaya yang penuh makna. Semoga generasi muda mau melestarikan dan terus memakainya.”
Perjalanan Batik Styagung membuktikan bahwa dari pelosok desa pun, sebuah usaha bisa berkembang hingga menembus pasar internasional. Dengan memadukan warisan budaya, inovasi pewarnaan alami, serta strategi pemasaran digital, Batik Styagung berhasil menjadikan batik sebagai identitas sekaligus peluang bisnis yang berkelanjutan. Dengan semangat untuk melestarikan tradisi dan keberanian beradaptasi, Batik Styagung kini menjadi inspirasi bagi UMKM lain di Gunungkidul dan sekitarnya.***
Salam Bahasa Bisnis
Az Zahra Safira D
Leave a Comment