
Cara Membuat Elevator Pitch beserta Contohnya
Sobat Bahasabisnis.id pernah merasa gugup, lidah kaku, dan jantung berdegup kencang saat harus presentasi dadakan di depan investor? Anda tidak sendiri. Menurut National Institute of Mental Health, 75% orang mengalami kecemasan saat berbicara di depan umum. Beberapa orang pun pernah mengalaminya dalam situasi mendadak seperti saat diminta menjelaskan bisnis secara singkat.
Inilah pentingnya memiliki elevator pitch atau presentasi singkat (sekitar 30–60 detik) yang padat, jelas, dan menarik. Ibaratnya, Anda bertemu calon investor di dalam lift, dan hanya punya waktu sesingkat itu untuk membuat mereka tertarik. Sebuah studi dari Microsoft menyatakan bahwa rata-rata orang hanya memiliki fokus penuh selama delapan detik pertama. Artinya, Anda harus dapat menarik perhatian sejak kalimat pertama.
Presentasi itu ibarat perjalanan naik pesawat: bagian awal adalah hook, bagian akhir adalah ajakan atau call to action.
Sebetulnya tidak perlu rumit, Anda cukup membuat 5 komponen ini untuk mempermudah Anda melakukan presentasi kepada klien bahkan investor. Berikut adalah 5 komponen utama dalam elevator pitch yang perlu Anda kuasai:
- Introduce yourself
Perkenalan bisa sesederhana memberitahu nama dan bisnis lo jika detail itu relevan.
Conton:
“Hello saya [Nama], Founder dari [Nama Brand], sebuah brand fashion sustainability yang mengolah limbah daun menjadi karya ecoprint bernilai tinggi. Saya memulai ini dari dapur rumah saya, karna saya percaya limbah alam bukan sekedar untuk dibuang tetapi dapat diubah jadi sesuatu yang memiliki cerita.”
- Present the problem
Sebuah solusi selalu berawal dari masalah. Gunakan cerita, studi kasus, maupun ilustrasi agar audiens merasa relate dengan permasalahan tersebut.
Contoh :
“Setiap hari, ribuan daun gugur dan dianggap sampah. Padahal, limbah daun yang dibakar ataupun ditumpuk di perkotaan dapat menyebabkan polusi udara bahkan sampai penyumbatan saluran air. Di sisi lain, masyarakat sekitar juga kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan tetap setelah pandemi. Oleh karena itu, saya melihat potensi daun yang awalnya cuma dianggap sebagai limbah sampah kini kita sulap menjadi sumber penghasilan dan memiliki dampak bagi masyarakat sekitar.”
- Present your solution
Tunjukin solusi yang lo tawarin.
Contoh:
“[Nama Brand] menghadirkan solusi ganda yakni kami memproduksi produk fashion ramah lingkungan dengan teknik ecoprint dari limbah daun, tidak hanya itu kami juga melibatkan ibu-ibu hingga pemuda lokal dalam proses produksinya mulai dari pengumpulan limbah daun, proses pewarnaan alami hingga pembuatan produk.”
- Share your value proposition
Apa yang membuat solusi lo lebih baik? Ini bagian penting buat “ngunci” perhatian.
Contoh:
“Berbeda dengan produk fast fashion lainnya yang boros akan sumber daya. Produk yang kami produksi menggunakan 100% bahan alami dan dibuat secara handmade maka dapat dikatakan produk yang kita produksi adalah produk yang ramah lingkungan. Kami juga menciptakan dampak sosial ke masyarakat sekitar, dimana lebih dari 40 keluarga kini jadi bagian dari ekosistem produksi kami sehingga mereka mendapatkan penghasilan tambahan dari adanya usaha ini.”
- Add a call to action
Libatkan audiens lo dengan pujian atau pertanyaan di akhir sesi.
Contoh:
“Dengan pendekatan berbasis lingkungan dan sosial, kami melihat peluang pasar yang terus berkembang terutama konsumen sekarang banyak yang semakin aware terhadap lingkungan. Saat ini kami sedang mencari partner strategis untuk ekspansi produk dan distribusi ke pasar yang lebih luas. Saya senang sekali jika kita bisa mengobrol lebih jauh lagi. Boleh saya tau, bagaimana biasanya Anda melihat potensi di bisnis berbasis dampak seperti ini? Bolehkah saya meminta kontak yang dapat dihubungi untuk mengobrol lebih lanjut?”
Salam Bahasa Bisnis,
Az Zahra Safira
Leave a Comment