- November 8, 2023
- Edhy Surbakty
- 0 Comments
- bahasabisnis.id, Indonesia Timur, inkubasi, social impact, UMKM
Memulai Untuk Meninggalkan
Tulisan oleh: Edhy Surbakty
Santai.
Ini bukan lirik lagu cinta yang mendayu-dayu.
Seperti biasa, saya akan mencoba sharing mengenai insights yang ditemukan di lapangan dalam bidang pengembangan dan pendampingan ekonomi lokal, khususnya mengenai inkubasi UMKM.
Ada salah satu topik yang beberapa kali agak mengagetkan teman diskusi.
Menurut saya, dari awal program para pendamping UMKM harus punya rencana kapan akan meninggalkan UMKM yang dibina.
Mungkin kalimat itu terdengar agak sedikit aneh bagi beberapa orang.
Beberapa teman mengerutkan dahinya ketika mendengar hal tersebut.
Mereke bertanya, “Bagaimana mungkin, ketika program pengembangan UMKM belum dimulai, kok bisa kami sudah merencanakan akan meninggalkan UMKM tersebut?”
Tapi menurut saya, ini salah satu langkah penting bagi berjalannya program.
Saya jelaskan perlahan ya.
Berjalannya program akan lebih terukur apabila tujuan akhirnya sudah bisa didefinisikan dengan baik.
Lalu apa tujuan akhir dari program-program yang kami buat di bahasabisnis.id?
Kemandirian.
Betul, kemandirian dari partner kami (pada umumnya adalah UMKM) adalah tujuan akhir dari program-program kami.
Diharapkan pada masa yang akan datang, semua partner binaan kami bisa berjalan dengan baik tanpa bantuan dan intervensi dari kami sebagai pendamping.
Ini berbeda dengan beberapa rekan yang menyangka bahwa dengan adanya program pengembangan ekonomi, justru para UMKM diharapkan “menempel terus” atau bergantung kepada program tersebut untuk pengembangannya.
Perbedaan tujuan ini juga berpengaruh terhadap pendekatan program.
Pendekatan program kami pada umumnya adalah menciptakan ekosistem yang hidup dan supportive. UMKM tidak hanya dipersiapkan dengan training, pendampingan, sertifikasi, dan sebagainya.
Kami juga menyiapkan ekosistem yang bisa menumbuhkan bisnisnya, caranya beragam dari penyediaan fasilitas bersama hingga kerjasama dengan Lembaga-lembaga yang relevan.
Hal-hal yang kami rancang dan lakukan tentunya dengan membayangkan bahwa pada akhirnya UMKM tersebut akan “dilepaskan”
Sehingga semua intervensi yang dilakukan adalah untuk menyiapkan kemandirian mereka dan bisa berjalan tanpa ada dukungan dari program yang kami lakukan.
Tentunya kemandirian tersebut perlu dicapai langkah demi langkah.
Saya beri contoh salah satu langkah kecil yang terjadi.
Kami selaku pengelola Rumah BUMN Gunungkidul binaan PLN Persero melihat salah satu langkah kecil yang terjadi.
Para anggota inkubasi kami, Grebek UMKM (Guyub Rukun Ngrembaka UMKM), membuat acara mandiri yang diinisiasi para anggotanya. Exhibition ini dilakukan di Kolam Renang Tani Martoyo, komplek Lembah Desa Pulutan.
Di acara tersebut ada rangkaian kegiatan yang diisi oleh para peserta inkubasi, mulai dari pelatihan dasar fotografi yang disampaikan oleh Mas Gari dari Maliofoto, lalu ada cooking class membuat pizza yang disampaikan oleh Mas Ndaru, owner dari Pizza Kotaku, lalu ada kelas tanaman yang disampaikan oleh Mas Rully, owner dari GK Garden. Tentunya ada pameran produk-produk andalan Gunungkidul lainnya.
Rumah BUMN Gunungkidul sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini karena selain mengenalkan UMKM dan produk lokal, juga dapat sebagai bukti bahwa program-program Rumah BUMN Gunungkidul memberikan dampak positif dalam perkembangan UMKM dan ekosistem wirausaha di Gunungkidul.
Apakah ini artinya saatnya untuk meninggalkan UMKM tersebut?
Tentu tidak.
Perjalanan masih jauh, masih banyak anak tangga yang perlu kita naiki. Tetapi setidaknya kita tahu kita melangkah ke arah yang benar.
Perpisahan tidak selalu berkonotasi negatif, bisa juga berarti kita sudah bertumbuh dewasa, naik kelas, dan bersiap mengalami perjalanan berikutnya dengan partner yang baru.
Cheers!
Kita akan berbagi insights mengenai pengembangan UMKM berdasarkan pengalaman kami di lapangan di laman Bahasabisnis.id
Leave a Comment